Ada kalanya
seseorang akan tiba pada sebuah rasa... rasa rindu.
Bagaimana
kabarmu?
Apa yang
sedang kau lakukan?
Apakah kau
baik-baik saja?
Kau tahu?
Aku begitu
merindukanmu.
Hati ini
begitu merindukanmu. Merindukan sosokmu. Apakah kau merasakannya? Bahkan
setelah bibir ini tak bisa kembali berkeluh. Ketika mata ini tak sanggup lagi
menangis. Dan ketika jiwa ini tak mampu lagi menggapaimu, meskipun hanya
sekejap waktu. Apakah kau merasakan itu?
Satu waktu
aku teringat pada saat pertama kali kita bertemu. Sorotan matamu sejenak
melintas dipikiranku. Senyum indahmu yang aku pun menyadari bahwa itu bukan
untukku, namun aku begitu merindukannya. Suaramu yang begitu meyakinkanku bahwa
kaulah sosok yang selalu aku tunggu. Kau tahu? Seketika itu, aku hanya tersipu
malu setiap saat mata kita bertemu. Aku selalu berharap di setiap hariku aku
bisa memandangmu. Meski dari kejauhan. Meski yang bisa kulihat hanyalah sosokmu
dari belakang. Meski.... :’) Namun harapan semu itu memang hanya sekedar
harapan. Aku terlelap dalam harapan itu. Entah berapa lama, sampai aku
kehilangan tatapan itu.
Pertemuan
kita sangatlah singkat. Dan hingga saat ini, yang selalu aku tanyakan pada
waktu, mengapa harus berjalan secepat itu? Aku memang tak berharap waktu
berhenti saat itu juga, aku tak berharap waktu akan kembali ke masa itu, aku
pun tak mau berharap bahwa waktu akan mempertemukanku pada saat-saat itu lagi.
Aku memang merindukannya, bahkan sangat merindukannya. Namun, saat itu hanya
ingin kujadikan awal perjumpaan kita. Meskipun sedetik saja. Harapanku adalah,
aku mampu bertemu waktu dimana kita akan dipertemukan kembali. Di tempat yang
berbeda, di suasana yang berbeda, dan di saat kita memang telah terlupakan satu
sama lain. Menjadi sebuah waktu yang kita anggap itulah awal perjumpaan kita.
Yang kelak aku tak akan kehilangan lagi
senyuman menawan itu...walaupun sejenak.
Aku
menunggu sebuah takdir. Takdir dimana semua pertanyaanku terjawab sudah.
Pertanyaan-pertanyaan konyol yang bahkan orang lain tak mengerti untuk
menjawabnya. Pertanyaan-pertanyaan yang membuat hati ini beku. Layaknya lautan
yang dipenuhi salju. Aku yakin meskipun tak terlalu mendalam, bahwa kita akan
bertemu. Semua rasa kerinduanku akan kutebus bersamaan dengan jawaban ‘siapakah
namamu’.
Entah
berapa hari, bulan, dan tahun kedepan kita akan berjumpa kembali. bahkan,
mungkin saja kita tak pernah ditakdirkan untuk berjumpa kembali. Sampai rasa
rindu ini sirna. Karena aku tahu sebuah kerinduan yang hanya dirasakan oleh
seseorang akan terasa sangat sakit jika seseorang yang ia rindukan tak turut
merindukannya. Namun, tiada yang lebih sakit selain berkata dusta bahwa aku tak
merindukanmu...
Dari seseorang yang merindukanmu..
No comments:
Post a Comment
Silahkan komentar guna menambah inspirasi saya