Saturday, November 8, 2014

Ketika Harapan Menjadi Sebuah Penantian...

Sebuah pengharapan memang tidak pernah ada akhirnya. Sesuatu yang benar-benar membuat hati ini sesak. Menunggu. Selalu menunggu. Tak tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Rindu.. Hasrat ingin berjumpa walau hanya sepersekian detik. Tak peduli bagaimana kronologi ceritanya. Tak peduli waktu menentang kami untuk bertemu. Tak peduli walau takdir berkata bahwa kami tak seharusnya bertemu kembali. Bahkan jika itu adalah perjumpaan untuk terakhir kalinya bagi kami. Meskipun begitu, apakah terlalu salah jika hati ini masih terus saja berharap? Menanti kehadiran sosok dirinya. Seseorang yang bahkan dengan melihatnya dari kejauhan mampu membuat bibir ini tersenyum, membuat pipi ini merona, membuat detak jantung ini berderap dua kali lebih cepat dari biasanya. Hati ini begitu merasakannya.
Semuanya berawal dari sebuah kekaguman itu. Berjalan begitu saja. Tak pernah terpikirkan, tak pernah direncanakan. Tatapan tajam itu. Yang mungkin biasa baginya namun begitu bermakna bagiku. Cara berjalannya yang benar-benar membuat mata ini tak ingin lepas darinya. Gerak-geriknya yang begitu misterius. Bahkan jika aku harus dipaksa untuk tidak melihat, mata ini selalu mencuri waktu untuk sedetik saja melihat semua itu. Dari sudut mataku. Dengan kepala yang menunduk namun aku berusaha untuk bisa melihatnya. Aku sangat mengaguminya. Terlalu mengaguminya. Tak peduli dia menyadari semua itu atau tidak. Tak peduli dia memerdulikan semua itu atau tidak. Aku tetap mengaguminya.
Pernah satu waktu aku berhenti untuk berharap. Berharap untuk bisa bertemu lagi dengannya. Namun apa yang terjadi? Tuhan kembali mempertemukan kami. Setelah semua hasrat untuk bertemu telah kubuang jauh-jauh. Ia hadir kembali, untuk kesekian kalinya. Apakah wajar jika rasa berharap itu lagi-lagi muncul? Terlebih saat itu kami bertemu pandang. Dengan segala rasa gugupku, kuberanikan untuk mampu menatap matanya. Dan... Ia menatapku kembali. Hatiku berteriak seketika. Bahasa tubuhku telah termakan rasa bahagia yang begitu mendalam. Jantungku begitu menggebu-gebu. Aku bahagia. Terlampau bahagia. Apakah ia menyadarinya? Apakah ia sadar telah menumbuhkan harapanku kembali? Apakah ia akan mempertanggung jawabkannnya?
Dia telah berhasil membuatku mengaguminya. Mencarinya. Menunggunya. Mengharapkannya. Bahkan membuatku selalu memikirkannya. Pertemuan singkat, obrolan singkat, tatapan singkat, semuanya memang begitu menyesakkan. Bila saja hati ini sanggup bertahan maka aku akan bertahan. Sampai saat itu tiba, saat dimana aku tak sanggup, aku menyerah, aku mundur. Maka aku akan melepas segalanya. Namun ketahuilah, hati ini masih sepenuh hati mengagumimu. Hati ini masih sepenuh hati mencarimu. Hati ini masih sepenuh hati mengharapkanmu...
                                                                                                                        -ARB-

No comments:

Post a Comment

Silahkan komentar guna menambah inspirasi saya