Sebuah pengharapan memang
tidak pernah ada akhirnya. Sesuatu yang benar-benar membuat hati ini sesak.
Menunggu. Selalu menunggu. Tak tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Rindu..
Hasrat ingin berjumpa walau hanya sepersekian detik. Tak peduli bagaimana
kronologi ceritanya. Tak peduli waktu menentang kami untuk bertemu. Tak peduli
walau takdir berkata bahwa kami tak seharusnya bertemu kembali. Bahkan jika itu
adalah perjumpaan untuk terakhir kalinya bagi kami. Meskipun begitu, apakah
terlalu salah jika hati ini masih terus saja berharap? Menanti kehadiran sosok
dirinya. Seseorang yang bahkan dengan melihatnya dari kejauhan mampu membuat
bibir ini tersenyum, membuat pipi ini merona, membuat detak jantung ini
berderap dua kali lebih cepat dari biasanya. Hati ini begitu merasakannya.
Semuanya berawal dari
sebuah kekaguman itu. Berjalan begitu saja. Tak pernah terpikirkan, tak pernah
direncanakan. Tatapan tajam itu. Yang mungkin biasa baginya namun begitu
bermakna bagiku. Cara berjalannya yang benar-benar membuat mata ini tak ingin
lepas darinya. Gerak-geriknya yang begitu misterius. Bahkan jika aku harus
dipaksa untuk tidak melihat, mata ini selalu mencuri waktu untuk sedetik saja
melihat semua itu. Dari sudut mataku. Dengan kepala yang menunduk namun aku
berusaha untuk bisa melihatnya. Aku sangat mengaguminya. Terlalu mengaguminya.
Tak peduli dia menyadari semua itu atau tidak. Tak peduli dia memerdulikan
semua itu atau tidak. Aku tetap mengaguminya.
Pernah satu waktu aku
berhenti untuk berharap. Berharap untuk bisa bertemu lagi dengannya. Namun apa
yang terjadi? Tuhan kembali mempertemukan kami. Setelah semua hasrat untuk
bertemu telah kubuang jauh-jauh. Ia hadir kembali, untuk kesekian kalinya.
Apakah wajar jika rasa berharap itu lagi-lagi muncul? Terlebih saat itu kami
bertemu pandang. Dengan segala rasa gugupku, kuberanikan untuk mampu menatap
matanya. Dan... Ia menatapku kembali. Hatiku berteriak seketika. Bahasa tubuhku
telah termakan rasa bahagia yang begitu mendalam. Jantungku begitu
menggebu-gebu. Aku bahagia. Terlampau bahagia. Apakah ia menyadarinya? Apakah
ia sadar telah menumbuhkan harapanku kembali? Apakah ia akan mempertanggung
jawabkannnya?
Dia telah berhasil
membuatku mengaguminya. Mencarinya. Menunggunya. Mengharapkannya. Bahkan
membuatku selalu memikirkannya. Pertemuan singkat, obrolan singkat, tatapan
singkat, semuanya memang begitu menyesakkan. Bila saja hati ini sanggup
bertahan maka aku akan bertahan. Sampai saat itu tiba, saat dimana aku tak
sanggup, aku menyerah, aku mundur. Maka aku akan melepas segalanya. Namun
ketahuilah, hati ini masih sepenuh hati mengagumimu. Hati ini masih sepenuh
hati mencarimu. Hati ini masih sepenuh hati mengharapkanmu...
-ARB-
No comments:
Post a Comment
Silahkan komentar guna menambah inspirasi saya